JAKARTA. Meski pemerintah masih bingung memutuskan kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak Bersubsidi (BBM Subsidi), perbankan sudah
mempersiapkan skenario kenaikan bunga. Anda yang tengah mencari aplikasi kredit, bersiaplah menghadapi
kenaikan bunga kredit. Penyebabnya adalah kebijakan kenaikan harga BBM
bersubsidi bakal menyulut kenaikan bunga simpanan yang berujung pada
biaya dana bank.
Citibank memprediksi bahwa bank-bank sentral di negara berkembang
Asia akan menjaga suku bunga rendah lebih lama lagi, kecuali Indonesia.
Bunga acuan Indonesia akan naik setelah pemerintah mengerek harga BBM
bersubsidi.
Menurut riset Citi tentang Proyeksi Makro dan Strategi Asia yang
dirilis Senin (27/5), India, Korea, Sri Lanka, China, Thailand, dan
Vietnam akan memiliki kebijakan bunga rendah. Pasalnya, mereka
menghadapi tren disinflasi dan ekonomi yang menurun. Beberapa juga akan
menggunakan senjata suku bunga demi menjaga kestabilan nilai tukarnya.
Maklum, kebijakan pelemahan yen Jepang cukup berisiko bagi sejumlah
negara seperti Korea dan Thailand.
Namun di Indonesia, kasusnya berbeda. Kenaikan harga BBM sebesar 33%
justru akan mendorong inflasi ke angka 8,2%. Catatan saja, kenaikan 33%
ini merupakan kombinasi antara kenaikan harga premium sebesar 44% dan
solar 22%.
Meski begitu, Citi memprediksi kenaikan harga BBM tak serta merta
mendorong bunga naik beberapa kali lipat, tapi lebih moderat. Citi
memperkirakan bunga FasBI akan naik 3×25 basis poin.
“Ini akan mengerek suku bunga jangka pendek dan biaya dana perbankan.
Walau begitu, penyalurannya ke bunga pinjaman bank mungkin hanya
sebagian dan tidak signifikan membalikkan lingkaran kredit. Secara umum,
kami hanya memprediksi penurunan lunak pertumbuhan kredit ke bawah 20%
di akhir 2013, dari 22% di Maret,” tulis Citi.
Bunga kredit naik Juli-September
Tony Tardjo, Head of Consumer Lending Bank CIMB Niaga, kepada KONTAN menjelaskan, pricing (suku
bunga) merupakan salah satu faktor utama orang memilih kredit. Ambil
contoh kredit kepemilikan rumah (KPR), semakin rendah bunganya, akan
semakin menarik bagi nasabah.
“Namun, bank hanya bisa melempar kredit dengan bunga murah apabila
mereka memiliki sumber dana murah,” jelasnya. Artinya, jika bank tidak
memiliki sumber dana murah, maka mereka tidak bisa memberikan kredit
dengan suku bunga yang rendah juga. Biasanya, kenaikan inflasi akan
mendorong nasabah meminta imbal hasil yang lebih tinggi.
Pengamat perbankan, Mohammad Doddy Arifianto, bilang, berdasarkan
data historis, kenaikan BBM bersubsidi 10% akan menambah inflasi 0,8
basis poin (bps). Jika harga BBM naik jadi Rp 6.500 per liter atau naik
44,44%, inflasi akan bertambah 3,2 bps.
Kenaikan inflasi sebesar itu tak pelak akan mendongkrak kenaikan suku
bunga fasilitas simpanan Bank Indonesia (FasBI) serta bunga di pasar
uang antar bank (PUAB) sebesar 25 bps hingga 50 bps.
Dampaknya, ini juga akan menaikkan bunga deposito di kisaran yang
sama. “Kenaikan biaya dana akan menaikkan bunga kredit,” ujarnya.
Presiden Direktur Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja bahkan sudah tahu kapan bunga kredit akan naik.
“Enggak usah sampai BI rate naik pun, pinjaman akan naik. Sekitar
Juli hingga September akan terjadi kenaikan tersebut. Ini karena
prediksi inflasi yang terkerek dan biaya dana bank juga harus naik,”
jelas Jahja.
Oleh sebab itu, ia menyarankan bagi nasabah yang ingin tak mau beban
pinjamannya tinggi, segera mengajukan kredit. “Sekarang ini lah
saatnya,” saran Jahja.
Benar yang dikatakan Jahja. Belum juga BI rate naik, sudah ada
beberapa bank yang menaikkan suku bunga kredit. Bank Indonesia menilai,
kenaikan suku bunga kredit tersebut terkait pengetatan likuiditas.
“Ada beberapa bank yang kondisi likuiditasnya terbatas, sehingga
menaikkan suku bunganya. Kita tidak melihat adanya satu kondisi gejala
yang umum,” jelas Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo, Jumat, (24/5).
Meski begitu, Perry melihat bahwa bisa saja bank-bank tersebut merespons bila nanti terjadi kenaikan inflasi.
No comments:
Post a Comment